Trending

Selain Tertarik Bidang Pertanian, Dirut Bank Kalsel Juga Hobi Bermain Sepakbola

OBLIGASI - Mengenal Lebih Dekat Direktur Utama Bank Kalsel Hanawijaya - Foto Bank Kalsel


BANUATODAY.COM, BANJARMASIN - Direktur Utama Bank Kalsel, Hanawijaya ternyata penggemar olahraga sepakbola. 

Bahkan sosok pria kelahiran Tanah Abang 1963 ini, sangat hobi sekali bermain sepakbola dengan menempati posisi sebagai sayap kanan. Dirinya mengaku, pernah berlari dari rumah menuju kantor dengan kaki terpincang - pincang akibat sehari sebelumnya mendapat cedera saat main bola.

"Kala itu pimpinan saya perempuan, beliau pimpinan yang termasuk galak waktu itu dan saya pernah kena marah. Jadi suatu hari karena rumah saya dekat kantor maka saat siang saya pulang untuk makan. Selepas makan saya baca koran. Ternyata saya malah ketiduran, seketika terbangun, saya pun kelabakan dan saya setengah berlari menuju kantor. Di kantor, atasan saya tadi melihat saya kembali ke kantor telat dari waktu istirahat dan berucap marah, Hanaaaa..." seloroh Hana.

Hal tersebut terungkap saat, acara Obligasi (Obrolan Lintas Generasi) yang disiarkan live melalui Instagram Bank Kalsel. Dipandu host Sistia Raisanty dan Muhammad Mustakim, obrolan santai tersebut mengangkat tema Mengenal Lebih Dekat Direktur Utama Bank Kalsel Hanawijaya.

Menurut Hana, sebenarnya sejak SMA di Jakarta ia bercita-cita menjadi pelaku usaha pertanian. Bahkan ia mengidamkan punya lahan pertanian cengkeh yang luas. 

Bermodal rangking sepuluh besar pada tahun 1982, Hana dapat undangan masuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengambil jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.

"Semasa kuliah saya banyak ikut kegiatan dosen di bidang transmigrasi, kemudian dampak kemiskinan daerah Banten dan lainnya yang berhubungan sosial ekonomi pertanian," papar Hana.

Lulus kuliah 1986, Hana bersama beberapa teman merintis usaha agribisnis di kawasan Pengalengan, Jawa Barat. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, usaha di lahan pegunungan itu malah merugi.

Pada 1990 tatkala perbankan banyak merekrut banyak sarjana pertanian, Hana pun tertarik melamar dan ia diterima di Bank Dagang Negara (BDN) Jakarta.

"Selama setahun kami belajar. Dan saya tak masalah menjadi orang bodoh yang selalu banyak bertanya kepada siapapun untuk mendapat banyak ilmu serta pengalaman dari para senior. Karena prinsip saya adalah serius dalam menggeluti pekerjaan," ujar anak kelima dari tujuh bersaudara ini.

Kinerjanya mendapat perhatian atasan sehingga seiring waktu ia pun terpilih mengikuti Officer Development Program yang para pesertanya ditempa tiga bulan dan praktek sembilan bulan di kantor cabang.

"Kami mendapat tugas berkaitan praktik teller, customer service, pembukuan, ekspor impor dan sebagainya," papar Hana

Karena punya komitmen kuat, kembali Hana mendapat kenaikan pangkat lebih cepat dari kawan-kawan seangkatan. Hingga pada 1998 tatkala merger bank-bank pemerintah dan terbentuknya Bank Mandiri, Hana salah satu karyawan yang mendapat kenaikan jabatan.

"Saat itu ada empat bank dimerger. Saya termasuk yang dites dan alhamdulillah menduduki salah satu jabatan," jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, pada 2005 Hana diangkat menjadi Direktur BRI Syariah. Dan di situ ia merasakan hikmah sebagai sarjana pertanian mampu mengangkat prestasi bank yang ia pimpin karena keberpihakan terhadap masyarakat pertanian.

"Saat itu statisik BRI Syariah untuk sektor pertanian adalah Rp1,3 triliun. Sementara Bank Syariah Mandiri Rp1,2 triliun. Itu karena kami di BRI Syariah berani masuk ke sektor pertanian," bebernya.

Hana merasakan bagaimana harga sebuah perjuangan. Ia selalu ingat pesam gurunya, siapkan dirimu dan opportunity will come true (kesempatan akan datang padamu).

"Di awal karir di perbankan, saya selalu dipesankan senior saya untuk banyaklah belajar. Sebab itu akan memberikan kesiapan pada diri kita jika mendapat kesempatan menduduki jabatan tertentu," terang Hana yang suka membaca buku tokoh sukses dan mengikuti kebiasan sukses mereka.

Ayah dua anak ini mengakui bahwa ia sangat fokus pada pekerjaan, makanya sejak awal kerja di perbankan ia kerap kerja melebíhi jam kerja. Bahkan ketika Sabtu jam kerja hanya sampai pukul 12.00 Hana malah keluar kantor pukul 16.00.

Meski sibuk dengan kerjaan, namun kebersamaan denga keluarga tetap menjadi prioritas. Baginya berumahtangga itu tidak hanya menggabungkan dua ekosistem keluarga besar, dua kultur, tapi juga bagaimana berkomunikasi yang efektif.

Selama 32 tahun bergelut di perbankan, Hana menyimpulkan bahwa tidak cukup hanya dengan knowledge (pengetahuan) tapi juga attitude (prilaku) dan relationship (hubungan dengan orang lain) bagaimana menghargai orang lain.

Ketika Hana menduduki jabatan pimpinan di Bank Mandiri. Saat itu salah seorang bawahannya adalah mantan atasannya semasa di BDN.

Ketika di Bank Mandiri harus jadi bawahan Hana, sang mantan atasan sempat bercanda bahwa ia tak mau dipimpin oleh Hana. Tapi Hana menanggapi candaan itu dengan penuh hormat kepada sang mantan atasan.

Kejadian lainnya, tatkala mantan seniornya di BDN yang waktu itu menjabat wakil pimpinan cabang juga kemudian saat berkarir di BRI syariah menjadi bawahannya.

"Beliau orang baik, sejak awal saya kerja selalu mengajari saya. Beliau guru saya. Dan ketika saya jadi atasan beliau, suatu hari masuk ruangan saya sambil bawa buku agenda sembari meminta petunjuk untuk suatu tugas. Saya kemudian bilang kepada beliau, bapak adalah guru saya. Tak perlu seperti itu dengan saya. Silakan bapak kerjakan tanpa perlu arahan saya," papar Hana.

Selain senang belajar, Hana di dunia perbankan juga suka mengajar. Baginya mengajar itu akan memperkuat daya ingat. Sebab seorang pengajar akan selalu belajar dan itu menjadi kebiasaan. (net/fsl)

Lebih baru Lebih lama