BANUATODAY.COM, BANJARMASIN - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Selatan, Agus Maiyo, menyampaikan bahwa stabilitas sektor keuangan di Kalimantan Selatan per Oktober 2025 berada dalam kondisi stabil dengan risiko yang tetap terjaga.
Hal ini ditopang kinerja perekonomian triwulan III-2025 yang tumbuh 5,19 persen (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 5,39 persen.
Tiga sektor utama penopang PDRB masih didominasi pertambangan dengan porsi 22,24 persen, pertanian 15,35 persen, dan industri pengolahan 12,12 persen.
Menurut Agus, kinerja intermediasi perbankan masih solid dengan pertumbuhan kredit 6,91 persen (yoy) menjadi Rp82,13 triliun, serta rasio NPL gross tetap terjaga di 2,58 persen.
“Pertumbuhan kredit investasi menjadi yang tertinggi, yakni mencapai 23,06 persen, yang menunjukkan optimisme dunia usaha dalam melakukan ekspansi. Kredit investasi terbesar tercatat berada di Kota Banjarmasin dengan porsi 65,59 persen atau Rp53,86 triliun,” kata Agus di Banjarmasin, Kamis (11/12/2025).
Agus menambahkan bahwa kredit UMKM di Kalimantan Selatan berkontribusi 27,58 persen terhadap keseluruhan kredit.
Sektor industri pengolahan menjadi penerima pembiayaan terbesar dengan pertumbuhan 19,86 persen.
“UMKM tetap menjadi prioritas pembiayaan karena terbukti menjadi motor penggerak ekonomi daerah,” ucapnya.
Dari sisi penghimpunan dana, Kalsel mencatat peningkatan aset perbankan tertinggi di Regional Kalimantan, yaitu 6,13 persen (yoy), serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 6,83 persen (yoy).
Pertumbuhan DPK didominasi oleh deposito yang meningkat 12,82 persen, tabungan 4,82 persen, dan giro 4,23 persen.
Secara spasial, DPK terbesar berada di Kota Banjarmasin dengan nilai Rp59,8 triliun atau 60,60 persen.
Kinerja perbankan syariah juga menunjukkan tren positif.
Aset meningkat 5,07 persen (yoy) menjadi Rp12,49 triliun dan pembiayaan tumbuh 8,14 persen (yoy) menjadi Rp9,11 triliun.
“Meskipun DPK syariah mengalami kontraksi 2,44 persen, likuiditas tetap berada di level aman dan NPF gross terjaga di 2,06 persen,” jelas Agus.
Sementara itu, sektor pasar modal di Kalimantan Selatan pada Agustus 2025 mencatatkan pertumbuhan signifikan.
Nilai kepemilikan saham meningkat 33,42 persen (yoy) menjadi Rp114,13 triliun, sejalan dengan pertumbuhan nilai transaksi sebesar 72,25 persen.
Jumlah investor juga meningkat 23,49 persen menjadi 210.338 SID.
“Minat masyarakat terhadap pasar modal terus meningkat, didorong oleh literasi keuangan yang semakin membaik,” jelasnya.
Pada sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), beberapa indikator menunjukkan kinerja positif.
Piutang pembiayaan yang disalurkan perusahaan pembiayaan berada di angka Rp11,93 triliun dengan NPF 1,76 persen.
Pembiayaan modal ventura tumbuh 8,83 persen menjadi Rp92 miliar, aset Dana Pensiun naik 9,81 persen menjadi Rp372 miliar, dan outstanding pinjaman daring meningkat 40,51 persen menjadi Rp958 miliar dengan TWP90 di posisi 2 persen.
Di sisi edukasi keuangan, OJK Kalsel telah menyelenggarakan 88 kegiatan edukasi sejak Januari hingga Desember 2025 dengan total 18.642 peserta dari 13 kabupaten/kota.
Layanan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) mencapai 14.487 permintaan, mayoritas melalui walk-in.
OJK juga menerima 520 pengaduan konsumen, terutama terkait SLIK (24,42 persen), perilaku penagihan (21,15 persen), dan fraud eksternal (13,27 persen).
Agus menegaskan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan di Kalimantan Selatan tetap kuat di tengah dinamika ekonomi nasional.
“OJK akan terus memperkuat pengawasan, perlindungan konsumen, dan literasi keuangan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan,” pungkasnya. (mc/ewa)

