Trending

Bertambah 10 Orang, Total 133 Jemaah Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci

 

Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin (Dok. Kemenag RI)

BANUATODAY.COM, MAKKAH - Jemaah Indonesia yang wafat di Tanah Suci dalam musim haji 1444 H/2023 M hingga Minggu (25/06/2023) mencapai 133 orang.

Jumlah tersebut merupakan total setelah bertambahnya 10 orang lagi yang wafat hingga kemarin.

Adapun ke-10 jemaah terakhir yang wafat berdasarkan data Kementerian Agama, yakni:

1) Eti Nurbaeti (68 tahun) JKS 02

2) Ahmad Zuhdi Khariri (68 tahun) SOC 41

3) Atikah Supartikah (79 tahun) JKS 40

4) Endang Suwanti Marto (67 tahun) SOC 56

5) Sutiyem Kariyo Dikromo (72 tahun) SOC 62

6) Mian Saiman (56 tahun) JKS 13

7) Rudito Atmosumito Wangsa (83 tahun) SOC 12

8) Abdullah Meglih Ubit (82 tahun) BTJ 03

9) Miskiyah Monari (64 tahun) SOC 98

10) Muhammad Jabir Dawile L (77 tahun) UPG 37

“Sampai dengan hari ini, total jemaah yang wafat di Arab Saudi sebanyak 133 orang,” jelas Juru Bicara PPIH Pusat, Akhmad Fauzin, dalam keterangan persnya di Media Center Haji (PPIH) Pusat Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Minggu (25/6).

Ia menambahkan, jumlah jemaah sakit yang dirujuk sebanyak 362 orang, dengan rincian: rawat jalan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sebanyak 67 orang, rawat inap di KKHI Makkah sebanyak 177 orang, dan rawat Inap di RSAS sebanyak 118 orang.

Fauzin menyampaikan, untuk meraih kemabruran haji, setidaknya ada 4 bekal yang perlu dimiliki dan direnungkan jemaah. 

Pertama, bekal niat yang ikhlas. Niat ikhlas dan ketaqwaan, tidak ada niat selain meraih ridha Allah, tidak tercampuri oleh riya’, sum’ah, berbangga diri atau kesombongan.

“Untuk itu, haji harus dilaksanakan dengan tawadu’, tenang dan khusyu,” ujar dia.

“Mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah nomor 2890, dari Anas bin Malik ra., dia berkata, “Nabi Muhammad SAW menunaikan haji dengan mengendarai unta dan menghamparkan sehelai kain yang harganya kurang dari empat dirham, lalu beliau berdoa: ‘Ya Allah, jadikanlah haji ini tanpa riya dan mencari kemasyhuran’. (HR. Ibn Majah),” sambungya.

Kedua, lanjut dia, bekal biaya yang halal. Allah adalah zat yang thayyib dan tidak menerima kecuali yang thayyib. Bekal haji harus bersih dari hal-hal syubhat, apalagi haram. 

Jika dalam bekalnya ada barang yang syubhat, harta ghashab atau haram, secara hukum hajinya sah, namun tidak diterima.

“Ketiga, melaksanakan rukun, wajib, sunnah haji, dan menghindari semua larangan. Karenanya, setiap jemaah haji wajib memahami ilmu manasik. Sebab, kesuksesan sebuah amal bergantung terhadap ilmu,” terang Fauzin.

Sehari menjelang keberangkatan ke Armina, kata Fauzin, jemaah dapat memperdalam kembali pengetahuan manasik hajinya dengan membaca buku manasik, mengikuti majlis manasik yang diselenggarakan di masing masing hotel yang diselenggarakan para pembimbing ibadah.

“Bekal keempat, menjaga diri dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, khususnya rofats (kata kotor), fusuq (perbuatan kotor) dan jidal (berkelahi atau berdebat). Perbanyak zikir, selalu berdoa agar menjadi haji mabrur,” imbuhnya.

Menjelang keberangkatan ke Armina, Fauzin mengimbau jemaah agar mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. 

“Pastikan membawa pakaian, sandal dan kebutuhan masing-masing secukupnya. Jangan lupa membawa obat bagi jemaah yang masih mengkonsumsi obat, suplemen vitamin, dan kebutuhan lainnya selama berada di Armina,” pesan dia.

Mengingat cuaca di Makkah sangat panas, pemerintah kata Fauzin mengimbau jemaah tetap berada di hotel, salat 5 waktu untuk sementara dapat dilakukan di musala hotel atau masjid di sekitar hotel, terlebih layanan transportasi jemaah di Makkah saat ini telah dihentikan sementara.

“Menjaga stamina tubuh dengan istirahat yang cukup, menjaga asupan dengan makan dan minum yang teratur,” imbau Fauzin. (pem/win)

Lebih baru Lebih lama