Trending

“Burnout. Apasih dampaknya bagi pelajar dan bagaimana cara mengatasinya ?”


Ilustrasi Burnout.
Credit : Verywell / Brianna Gilmartin

 

“Burn out. Apasih dampaknya bagi pelajar dan bagaimana cara mengatasinya ?”

Nabila khansa’ @nabilakhansa2018@gmail.com


Belajar merupakan tugas utama seorang pelajar. Setiap pelajar memiliki kewajiban untuk menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan oleh guru atau pengajar. Namun, beban tugas yang datang dari berbagai mata pelajaran sering kali menumpuk, sehingga tidak jarang pelajar mengalami kesulitan dalam mengelolanya. Ketidakmampuan dalam menangani beban tugas yang berlebihan ini dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah burnout.

Apa Itu Burnout?

Istilah burn out pertama kali di jelaskan oleh Dr.Freudenberger pada tahun 1974 sebagai sebuah respon emosi yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menciptakan kondisi stress, mengurangi produktifitas, berpengaruh pada kepuasan kerja serta dapat meningkatkan resiko bunuh diri. Ia menyatakan bahwa burn-out dapat dialami seseorang yang keletihan dan frustasi yang biasanya muncul karena menumpuknya tugas, pekerjaan, tujuan dan cara hidup. Burn-out biasanya dialami oleh orang orang yang memiliki jadwal padat dan biasanya burn-out terjadi ketika seseorang harus mengerjakan semua tekanan pekerjaan atau tugasnya tanpa istirahat. Hal ini lah menyebabkan terlamaunya kapasitas diri seseorang

Burnout merupakan kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh tekanan berkepanjangan. Istilah ini pertama kali dikembangkan oleh Herbert Freudenberger (1974), dan kini semakin relevan untuk menggambarkan kondisi psikologis yang dialami banyak pelajar di Indonesia. Dalam konteks pendidikan, burnout akademik terjadi ketika siswa merasa kewalahan karena tuntutan belajar yang terus-menerus tanpa adanya waktu pemulihan yang memadai.

Menurut Lestari dan Fitriani (2022) dalam jurnal Psikodimensia, burnout pada pelajar ditandai dengan tiga gejala utama: kelelahan emosional, sikap sinis terhadap tugas belajar, dan penurunan rasa percaya diri dalam menyelesaikan tugas akademik.

Ini lah beberapa dampak bagi pelajar jika mengalami burnout :

1. Penurunan Prestasi Akademik

Burnout berdampak langsung pada kemampuan kognitif pelajar. Ketika siswa mengalami kelelahan mental, mereka sulit untuk fokus, menyerap materi, dan menyelesaikan tugas dengan baik. Penelitian oleh Andriani & Sari (2020) dalam Jurnal Psikologi Insight menemukan bahwa burnout berpengaruh signifikan terhadap turunnya performa belajar siswa SMA. Ketika semangat belajar menurun, produktivitas juga ikut menurun.

2. Masalah Kesehatan Mental

Burnout dapat memicu gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, dan perasaan tidak berguna. Siswa yang mengalami burnout cenderung merasa terisolasi dan tidak mampu memenuhi ekspektasi. Hal ini dapat menyebabkan stres kronis dan bahkan keinginan untuk menyerah terhadap proses pendidikan. Menurut Wahyuni et al. (2018) dalam Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, burnout yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi gangguan mental serius seperti depresi berat.

3. Gangguan Fisik

Tak hanya berdampak pada mental, burnout juga berimbas pada kondisi fisik. Gejalanya bisa berupa kelelahan yang berkepanjangan, gangguan tidur, sakit kepala, dan turunnya sistem kekebalan tubuh. Siswa menjadi lebih mudah sakit dan kurang bertenaga untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Studi dari Nuraini & Kartika (2017) dalam Jurnal Kesehatan menegaskan bahwa gangguan fisik ini memperburuk kemampuan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar dengan optimal.

4. Menurunnya Interaksi Sosial

Pelajar yang mengalami burnout cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka merasa kurang semangat untuk bergaul, lebih mudah tersinggung, dan enggan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler. Lingkungan sosial yang seharusnya menjadi ruang dukungan justru menjadi hal yang dihindari. Ini dapat menyebabkan siswa merasa semakin terisolasi dan kesepian.

5. Risiko Putus Sekolah

Jika burnout dibiarkan dalam jangka panjang, siswa dapat kehilangan motivasi dan merasa tidak sanggup lagi melanjutkan pendidikan. Hal ini berpotensi meningkatkan angka putus sekolah. Penelitian oleh Rahmawati (2021) dalam Jurnal Pendidikan dan Konseling menunjukkan bahwa burnout menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya keinginan siswa untuk drop out, khususnya pada tingkat SMA dan SMK.

Nah jika kamu sudah mengalami hal hal di atas, berikut adalah strategi pencegahannya :

1. Manajemen Waktu yang Efektif

Salah satu akar penyebab burnout adalah buruknya pengelolaan waktu. Siswa sering menunda tugas hingga mendekati tenggat waktu, lalu terpaksa begadang atau menyelesaikannya secara terburu-buru. Penggunaan teknik seperti "to-do list", penjadwalan harian, dan time-blocking dapat membantu siswa menyusun prioritas secara efektif. Kartika (2019) dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling menyebutkan bahwa siswa dengan keterampilan manajemen waktu yang baik cenderung lebih mampu menghadapi tekanan akademik.

2. Istirahat yang Cukup dan Pola Hidup Sehat

Tidur cukup dan gaya hidup seimbang adalah kunci utama menjaga kesehatan mental. Siswa perlu memahami pentingnya waktu tidur minimal 7 jam setiap malam dan tidak memforsir diri di luar batas. Asupan makanan bergizi dan olahraga ringan juga berperan besar dalam menjaga energi dan kebugaran tubuh. Jika tubuh lelah, kemampuan berpikir dan emosi ikut terganggu.

3. Dukungan Sosial dari Keluarga dan Teman

Siswa membutuhkan ruang untuk bercerita dan merasa didengar. Peran orang tua, guru, d teman sangat penting dalam memberikan dukungan emosional. Saling mendengarkan dan memberi motivasi akan memperkuat mental pelajar dalam menghadapi tantangan. Menurut Nurhidayati & Amelia (2020) dalam Jurnal Pendidikan Karakter, dukungan keluarga dan teman sebaya berperan penting dalam menurunkan tingkat burnout akademik.

4. Konsultasi dengan Guru BK atau Psikolog

Layanan bimbingan konseling di sekolah harus dimaksimalkan. Ketika siswa menunjukkan gejala kelelahan berlebih, guru BK dapat menjadi tempat pertama untuk berkonsultasi. Jika diperlukan, rujukan ke psikolog profesional juga dapat membantu menangani burnout dengan terapi kognitif atau konseling individual.

5. Penerapan Mindfulness dan Teknik Relaksasi

Latihan mindfulness (kesadaran penuh terhadap momen kini) terbukti menurunkan stres dan meningkatkan fokus. Siswa bisa mempraktikkan teknik pernapasan dalam, meditasi ringan, atau relaksasi otot selama beberapa menit setiap hari. Latihan ini membantu menenangkan sistem saraf dan memberikan jeda dari tekanan yang terus menerus.

Burnout pada pelajar adalah masalah serius yang dapat berdampak pada kualitas pendidikan dan kesehatan generasi muda. Namun, kondisi ini bukan sesuatu yang tidak dapat dicegah atau diatasi. Melalui pemahaman yang tepat, dukungan lingkungan, dan pengelolaan diri yang sehat, siswa dapat membangun daya tahan mental dan fisik yang kuat dalam menghadapi tekanan akademik.

Penting bagi sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental pelajar dan menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya menekankan prestasi, tetapi juga kesejahteraan siswa secara menyeluruh.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. (2023). Hubungan Antara Burn-Out   Akademik Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Semester 4 Di STIEkes Majapahit Mojokerto. Jurnal Pendidikan Dasar, 7(2), 123-130.

Himmah, A. F., & Shofiah, N. (2021). Pengaruh Self-Efficacy dan Manajemen Waktu Terhadap Stres Akademik Pada Siswa. Journal of Indonesian Psychological Science (JIPS), 1(1), 31–38.

Putri, A. A., & Magistarina, E. (2024). Perbedaan Tingkat Academic Burnout Pada Siswa Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Jurnal Masaliq, 4(3), 763-770.

Renovaldi, D., et al. (2022). Upaya Promotif TerhadapLearning Burnout Pada Pelajar dan Mahasiswa. Musyawarah Nasional Asosiasi Fakultas KedokteranSwasta Indonesia, 104-115.

Wahyuni, L., Sudirman, S., & Malik, F. (2018). HubunganAntara Burnout dan Depresi Pada Siswa SMA. JurnalIlmu Keperawatan Jiwa, 7(2), 78-85.

 

NABILA KHANSA’

Lebih baru Lebih lama